Ramaikan HUT RI Ke-80, Pensiunan Merauke Tampilkan Kandang Berjalan

 Merauke - Karnaval peringatan HUT RI ke-80 di Merauke menjadi ajang tak terlupakan berkat kehadiran “kandang berjalan”. Bukan kendaraan hias biasa, motor roda tiga yang dimodifikasi menjadi kandang kambing hidup ini sukses memukau ribuan pasang mata.


Tiga ekor kambing, terdiri dari dua Peranakan Etawah (PE) dan seekor Boer, terlihat tenang menikmati rumput hijau di atas kendaraan yang berhiaskan atap daun rumbia. Di balik ide kreatif ini, ada Supardi, seorang pensiunan PNS yang ingin menginspirasi masyarakat bahwa usia senja bukanlah penghalang untuk terus berkarya dan berwirausaha di bidang peternakan.

Supardi (60-an), bukan hanya sekadar memamerkan kambing-kambingnya. Ia memiliki misi lebih besar, yakni membangkitkan semangat warga Merauke untuk melihat potensi beternak sebagai solusi ekonomi yang menjanjikan.

“Setelah pensiun, saya mencari kesibukan yang bermanfaat dan menghasilkan,” ujar Supardi di sela-sela karnaval, (12/08/2025).

Kisah beternak kambing Supardi dimulai pada tahun 2018. Dengan modal awal Rp10 juta, ia membeli dua bibit kambing PE dari Dinas Peternakan setempat. Dengan ketekunan dan kesabaran, ia merawat dan mengembangkan kedua kambing tersebut hingga kini populasinya mencapai 40 ekor. Sebagian memang sudah dijual, namun sebagian besar terus ia kembangkan untuk meningkatkan potensi bisnisnya.

“Perkembangannya dari waktu ke waktu terus beranak-pinak. Sebagian sudah saya jual, dan saat ini masih ada sekitar 40 ekor,” jelas Supardi.

Tidak hanya terpaku pada kambing PE, Supardi juga melakukan eksperimen dengan mengawin silangkan kambing PE dengan kambing lokal. Hasilnya, menurutnya, justru memberikan hasil yang lebih memuaskan dari segi kualitas daging.

“Kalau kambing Etawah itu kan postur tubuhnya tinggi, dengan kawin silang, dagingnya jadi lebih tebal dan padat,” jelas Supardi.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Merauke pada tahun 1992, Supardi sebenarnya sudah tidak asing dengan dunia peternakan. Dahulu, ia beternak sapi, namun karena lahan semakin terbatas, ia memutuskan untuk beralih ke kambing. Selain lebih hemat lahan, beternak kambing juga memberikan nilai tambah dari pemanfaatan kotorannya.

“Petani di sini sangat membutuhkan kotoran kambing sebagai pupuk. Satu karung bisa dijual dengan harga Rp35.000 sampai Rp50.000, sehingga bisa menambah penghasilan,” ungkap Supardi.

Namun, beternak di Merauke bukan tanpa tantangan. Keterbatasan akses terhadap obat-obatan hewan menjadi kendala utama yang harus dihadapi. Kondisi ini menuntut Supardi untuk lebih memahami kondisi kesehatan ternaknya dan mencari solusi alternatif.

“Di sini kan sulit mendapatkan obat-obatan seperti di Jawa. Jadi, kalau kita tidak benar-benar menjiwai dan memahami kondisi ternak, akan sulit,” tuturnya.

Bagi Supardi, beternak adalah sebuah komitmen jangka panjang. Ia menanam sendiri pakan hijauan untuk ternaknya, memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan tambahan, dan merawat kambing-kambingnya setiap hari dengan penuh kasih sayang. “Kita ini, kasarnya, ya diperintah oleh hewan. Panas, hujan, sakit, demam, kita tetap harus mencari rumput, karena mereka setiap saat harus makan,” imbuhnya.

Ke depan, Supardi berharap agar Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) Merauke yang baru saja terbentuk dapat menjadi wadah yang efektif bagi para peternak kambing untuk saling berkoordinasi, berbagi pengalaman, dan menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah Daerah.

“Harapan kami, dengan terbentuknya HKTI ini, bisa ada wadah atau komunitas yang kuat bagi peternak kambing,” harapnya.

Supardi ingin membuktikan kepada masyarakat luas bahwa beternak kambing dapat menjadi solusi ekonomi keluarga yang sangat menjanjikan. Siklus reproduksinya yang cepat dan jumlah anak yang lebih dari satu ekor, menjadikan kambing sebagai tabungan hidup yang mudah dicairkan saat dibutuhkan.

“Saya terus memotivasi tetangga-tetangga saya untuk beternak kambing. Setelah saya berikan bibit kambing, sekarang mereka bisa menopang kehidupan sehari-hari,” pungkas Supardi.

Kisah inspiratif Supardi sekali lagi membuktikan bahwa semangat berkarya dan berwirausaha tidak akan pernah lekang oleh usia. (Rizki)

Posting Komentar

0 Komentar