Ketika Konten Kreator Harus Berguling di Lumpur Demi Bangunkan Pejabat Ogan Ilir Yang Terlalu Duduk Nyaman Sambil Ngirup Kopi”

Ketika Konten Kreator Harus Berguling di Lumpur Demi Bangunkan Pejabat Ogan Ilir Yang Terlalu Duduk Nyaman Sambil Ngirup Kopi”


OGAN ILIR. Visioneernews.com — Ada momen ketika rakyat tak lagi bisa menahan kesabaran. Ketika keluhan tak didengar, laporan tak ditindak, dan janji pembangunan hanya berputar seperti kaset rusak. Di Ogan Ilir, momen itu meledak lewat aksi seorang konten kreator yang nekat mandi lumpur di tengah jalan kabupaten.

Ini bukan komedi. Ini bukan konten hiburan.
Ini adalah surat terbuka paling brutal untuk para pejabat yang masih sibuk memoles wajah kekuasaan, sementara warganya terbenam di kubangan.

Aksi Mandi Lumpur yang Menghina Akal Sehat Kekuasaan. Viral di media sosial, konten kreator Teddy Etet Suhandi dengan sengaja berguling, berjoget, bahkan berendam di genangan lumpur pada jalan penghubung Desa Rengas–Payaraman, Kecamatan Payaraman, Ogan Ilir.

Aksi itu disulap menjadi satir visual paling memalukan bagi pemerintah daerah.
Bagaimana tidak?, Jalan vital yang menghubungkan ribuan warga berubah menjadi kolam lumpur yang lebih pantas disebut “wisata mandi tanah versi Ogan Ilir” daripada infrastruktur kabupaten.

Dan pejabat?, Masih duduk nyaman.
Masih ngopi santai. Masih percaya semuanya baik-baik saja. Dua Periode Kepemimpinan, Tapi Warisan untuk Rakyat Hanya Lumpur

Sudah dua periode memimpin, namun hasil yang dirasakan masyarakat justru kubangan, bukan kemajuan. Jalan utama berubah seperti persawahan. Mobil melambat bukan karena aturan, tapi karena takut tenggelam. Ojek dan pedagang harus berjudi dengan keselamatan setiap hari.

Jalan ini bukan rusak. Jalan ini menelanjangi kegagalan. LSM Gempita: “Kalau Jalan Utama Seperti Sawah, Pemerintah Sedang Apa Selama Ini?”

Aktivis LSM Gempita, Budi Riskiyanto, tak menahan diri: “Kalau jalan utama saja dibiarkan seperti sawah, kita patut bertanya: apa yang dikerjakan pejabat selama ini? Rakyat bukan minta gedung pencakar langit, hanya jalan layak. Itu pun mereka gagal.”

Ia menyindir keras kondisi birokrasi yang makin hari makin absurd: “Atau jangan-jangan jalan ini belum punya KTP, KK, akte kelahiran atau belum ada SKT dan Sertifikat, makanya tidak masuk syarat pembangunan? Negeri ini makin aneh. Pemerintah sibuk merawat citra, lupa bahwa pijakan kekuasaannya masih berada di atas lumpur.”

Spanduk, baliho, dan slogan “Ogan Ilir Bangkit” dipajang megah. Sementara di lapangan, yang bangkit justru cipratan lumpur ketika motor lewat.

Ironi itu semakin menganga: Roda ekonomi warga tenggelam, tapi laporan kinerja tetap gemuk. Ibu hamil harus melintasi lubang berbahaya, sementara pejabat sibuk menebar foto pencitraan. Anak sekolah pulang seperti habis lomba panjat pinang, penuh lumpur dari kepala hingga kaki.

Jika ini disebut bangkit, maka barometer keberhasilan harus ditinjau ulang. Ogan Ilir Tidak Bangkit " Ogan Ilir Dibangkrutkan oleh Birokrasi. Slogan boleh bersinar, baliho boleh menjulang, seremoni boleh meriah.

Namun selama rakyat masih berkutat dengan kubangan, satu kesimpulan tak bisa dihindarkan: Ogan Ilir bukan bangkit.
Ogan Ilir sedang dibangkrutkan oleh birokrasi yang lebih sibuk bergaya ketimbang bekerja.

Aksi mandi lumpur Teddy bukan sekadar konten viral " itu adalah cermin telanjang yang menunjukkan betapa jauh pejabat dari kenyataan.

Dan ketika rakyat mulai menjadikan lumpur sebagai bahasa protes,
maka itu tanda bahwa kesabaran publik hampir habis.


Sumber, Masyarakat Ogan Ilir Bersuara Membangun Pejabat Yang Sedang Duduk Nyaman Sambil Ngopi


#Daerah#OganHilir#Asn

Posting Komentar

0 Komentar